“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”
(Amsal 1:8)
Tidak
terasa air mata berlinang ketika harus menulis tentang pengalaman hidup
bersama seorang ibu. Ibu adalah sosok seorang yang penuh kasih dan
sayang, penyabar, dan lemah lembut. Banyak carita dan pengalaman hidup
yang saya alami waktu bersama ibu. Bagi saya, ibu adalah penyejuk hati
di dalam keraguan, kebimbangan, kecemasan. Ibu adalah perahu yang tak
pernah tengelam meski badai menerpa, menghempas dan menerjangnya. Dalam
harinya yang penuh dengan kehangatan dan kesejukan tumbuhlah benih
kehidupan yang baru, yang ia sendiri tidak tahu bagaimana sifatnya, dan
bagaimana karakternya.
Terinspirasi oleh perkataan di dalam Kitab Amsal 1:8 ketika mengikuti kuliah Hermeonitika PL-2 yang berbunyi “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu” . tidak
terasa hampir 3 tahun saya menjalani studi saya di Sekolah tinggi STKIP
Widya Yuwana Madiun, pada masa ini yang banyak memberi dukungan yang
besar adalah ibu. Bagi saya, ibu adalah segalanya di dunia ini. Pernah
terpikir oleh saya, kuliah ini hanya ingin menyenangkan ibu saya, tanpa
saya berpikir apa yang sedang dipikirkan oleh ibu saya terhadap saya.
Ternyata pikiran kita berbeda. Saya berpikir, dengan saya kuliah maka
ibu saya senag dengan gelar S.Pd yang saya sandang, akan tetapi ia
berpikir lain, yang dipikirkannya adalah bagaimana saya dapat menjadi
orang yang berguna kedepanya baik dalam keluarga dan masyarakat,
terutama sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Hal yang
demikian tidak sama sekali terpikir dalam benak saya, ibu berpikir
kedepannya terhadap kehidupan saya. Dengan kemudahan teknologi ini, ibu
harus menahan rindu, meskipun disetiap waktu kita bisa bertemu hanya
dalam kata-kata.
Saya menggambil tema tentang “indahnya dalam pelukan Ibu”,
sebuah pertanyaan besar yang bergejolak dalam diri saya. Sejak usia 0
sampai dengan usia 10 tahun, saya kasih sayang dari seorang ayah, karena
keadaan ekonomi, dan membuat ayah merantau ke negeri tetangga. Dalam
masa itu, yang saya kenal hanya Ibu, Kakek dan nenek. Hampir
pada masa itu saya tidak mengenal siapa ayah saya. Terjadilah
kebinggungan dalam diri saya, timbul pertanyaan yang bergejolak dalam
hati saya, siapa ayah saya? Akan tatapi kasih sayang dari ibu membuat
saya lupa akan diri saya yang masih memiliki seorang ayah yang pada
waktu itu masih berkerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Pada suatu
ketika saya bertemu dengan ayah saya, saya takut dan bertanya-tanya,
itu siapa? Dalam ketakutan dan kebingungga saya, ibulah yang memberikan
penyejukan kepada saya. sementara, kakak, abang dan adik saya merasakan
bagaimana disayangi oleh seorang bapak, hal yang demikian yang tidak
saya dapatkan. Walaupun demikian saya harus menerima kenyataan yang ada.
Namum
peristiwa yang demikian tidaklah berlangsung lama, diselah kesenagan
dan kegembiraan bersama bapak, terjadilah bencana besar, tepatnya tahun
2003 bapak saya dipanggil oleh Tuhan. Jika dulu saya merasa ditinggalkan
oleh bapak untuk sementara, akan tapi dengan peristiwa ini kami
ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh bapak yang tercinta.
Setelah
bapak meninggal, saya sempat merasa putus asa. Tinggalah satu-satunya
anugerah Tuhan yang mulia di dalam diri saya, yaitu ibu. Ibu yang selama
ini menjadi ibu rumah tangga, kini menji tulang punggun. Saya merasa
pada waktu bapak saya meninggal dunia, saya tidak dapat berbuat apa-apa,
apa lagi kuliah karena ekonomi kami lemah. Satu peristiwa yang samapai
sekarang saya tidak pernah tahu, kekuatan apakah yang ibu saya miliki,
yang saya ketahui ibu pada waktu berdoa, ia berdoa dengan kusuk dan
serius.
Sekarang
saya telah jauh dari ibu dan keluarga saya, tapi satu perkataan ibu
yang menjadi kekuatan, peganggan dan inspirasi dalam saya menjalankan
hidup ini, ia mengatakan kepada saya jika kamu sedih, gagal, susah,
jangan lupa pada suatu ketika kamu akan mendapatkan kegembiraan yang
luar biasa dan itu akan terjadi jika kamu terus-menerus berusaha,
belajarlah untuk hidup bukan untuk menjatukan orang lain, dan hendalah
kamu memiliki kasih di mana dan kemana kamu pergi, ibu yakin tanggan dan
kaki mu akan ringgan jika melangkah, dan jika itu kamu tanam di dalam
hidupmu maka dimana kaki dan tangganmu di letakan orang akan
menginggatnya untuk selama-lamanya, serta hal yang palin mulia adalah
mintalah kepada Tuhan Yesus supaya ia memberikan kekuatan kepadamu
supaya kamu bisa berjalan dalam terang-Nya.
Inspirasi
besar bagi saya dalam menjalani hidup ini. Mungkin di kalangan kita
sudah biasa perkataan itu di ucapkan, akan tapi perkataan itulah yang
menjadi kekuatan bagi saya dalam menjalaini hidup ditanah rantau ini.
Jika saya mulai putus asa dengan kondisi saya di tanah rantau, saya
menatap foto ibu dan keluarga, maka saya terkenang kembali perkataan
ibu.
Sebagai
mahasiswa teologi, yang disetiap hari saya bergulat dengan pembinaan
dan bimbingan spiritualitas, setalah belajar hermeonitika PL-2 ini
(Mazmur dan kebijaksanaan), saya sangat suka membaca kita Amsal, Ayub,
Pengkhotbah dan kebijaksanaan yang lainnya. Kuliah ini bagi saya bukan
hanya mempersiapkan saya sebagai tenaga pastoral (calon Katekis), akan
tapi saya mendapat banyak tentang perkataan yang bijak yang bisa saya
gunakan untuk membuat rekoleksi pribadi. Memali kuliah ini juga saya mau
mendalami perkataan ibu saya itu. Setelah saya renungkan dan
refleksikan ternyata ibu saya mau supaya anak-anaknya menjadi orang yang
beriman, dan berprilaku baik dimana ia berada, dengan sifat yang baik
itulah maka kita akan dikenang oleh orang, maka tulisan ini saya beri
judil “Indahnya Dalam Pelukan Ibu”. Terusterang, hangatnya pelukan ibu
di saat dalam kandungan, masa kanak-kanak dan sekarnag masih saya
rasakan. Disaat saya gelisah, susah, sedih bisikan dan belaiaan ibu
itulah yang mejadi kekuatan saya dalam menagani masalah itu. “Hai
anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu
memelihara perintahku,karena panjang umur dan lanjut usia serta
sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.” Amsal 3:1-2.
Penulis
Amsal juga memberikan kekuartan kepada saya untuk mendengarkan didikan
ibu sebagai wakil Tuhan yang di anugerahkan kepada saya. Saya menghimbau
umat katolik, marilah kita menyelami firman, sabda Tuhan yang ada dalam
Alkitab, karena sabda Tuhan dalam Alkitab merupakan didikan bagi kita,
anugerah bagi kita, dalan sekalian ibu atau bapak bagi kita yang dekat
dan jauh dari orang yang kita cintai.
Terakhir
kata saya mau mengucapkan terima kasih ibu, atas kehidupan yang engaku
berikan kepadaku. Aku tidak tahu bagaimana harus aku membalasnya, namun
kebahagiaan bagiku adalah ketika aku boleh melihatmu tersenyu dan
mencium tangganmu yang mulia itu. Tuhan berikanlah kesehatan kepada
ibuku dan buatlah kami selalu bersatu dalam jiwa dan raga, supaya dengan
demikian kami dapat menjalankan kasih-Mu yang sesungguhnya. Terima
kasih ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar