”EKARISTI SEBAGAI PUSAT HIDUP UMAT BERIMAN”
(METODE ANALISA SOSIAL)
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”
Yoh 6:56
KATA PENGANTAR
Gereja
hidup dari Ekaristi. Kebenaran ini mengungkapkan bukan hanya pengalaman
iman sehari-hari, tetapi juga menegaskan hakikat misteri Gereja. Dengan
berbagai cara Gereja mengalami dengan sukacita pemenuhan terus menerus
dari janji Tuhan,” Lihatlah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir
zaman” (Mat 28:20). Justru dalam Ekaristi Kudus, lewat perubahan roti
dan anggur menjadi tubuh dan darah Tuhan, Gereja bersukacita atas
kehadiran-Nya dengan istimewa. Sejak Pentekosta, tatkala Gereja sebagai
Umat Perjanjian Baru, memulai peziarahannya menuju tanah air surgawi,
Sakaramen Ilahi ini telah menandai hari-hari hidupnya, sambil mengisi
dengan pengharapan yang tangguh.
Tepatlah penegasan Konsili Vatikan II bahwa kurban Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani, karena dalam Ekaristi Kudus ini terkandunglah seluruh
kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Roti Paskah kita yang
hidup. Lewat Tubuh-Nya sendiri yang oleh Roh Kudus dijadikan hidup dan
pemberi hidup, Ia menawarkan hidup-Nya kepada manusia. Demikianlah
Gereja selalu mengarahkan pandangannya kepada Tuhannya. Disanalah Gereja menemukan kepenuhan pernyataan kasih Tuhan yang tak terbatas (SC art 10).
Akan
tetapi, ekaristi itu puncak yang dituju kegiatan Gereja, dan serta
sumber segala daya-kekuatannya. Sebab usah-usaha kerasulan mempunyai
tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan baptis menjadi
putera-puteri Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah ditengah
Gereja, ikut sertadalam Korban dan menyantap perjamuan Tuhan. Dilain
pihak Liturgi sendiri mendorong Umat beriman, supaya sesudah dipuaskan
“dengan Sakramen-sakramen Paska menjadi sehati-sejiwa dalam kasih” (26).
Liturgi berdoa supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa
yang mereka peroleh dalam iman” (27). Adapun pembaharuan perjanjian
Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan Umat beriman
dalam cinta kasih Kristus yang membara. Jadi dari Liturgi, terutama
dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan
dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan
permuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya.
Ekaristi
adalah sakramen utama dalam Gereja. Dalam Ekaristi kita merayakan
misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus dalam rupa roti dan
anggur. Ekaristi adalah ciri Gereja yang seluas dunia. Ekaristi adalah
milik bersama yang dihayati secara personal. Karena itu perlu dibakukan
dalam Hukum Kanonik yang senantiasa memerlukan pembaharuan. Setiap saat
Gereja perlu membaharui dirinya. Demikian juga halnya Liturgi, khususnya
Ekaristi. Karenanya upaya inkulturasi perlu dilaksanakan. Inkulturasi
Ekaristi di Indonesia berarti menghadirkan seluruh misteri Kristus bagi
seluruh Gereja dan merupakan perayaan iman yang hidup dan sungguh
dihayati oleh orang beriman di Indonesia. Ekaristi lebih daripada hanya
suatu perayaan ritual-devosional semata. Sebab, Ekaristi ada demi
pembangunan jemaat. Ekaristi menjadi tradisi Gereja yang hidup bila
senyatanya menjadi peristiwa perjumpaan antara Allah yang hadir dalam
sejarah dengan manusia yang mendambakan keselamatan.
Dengan
pernyataan yang demikian, maka ekaristi merupakan suatu kewajiban umat
beriman untuk melaksanakannya sebagai pernyataan iman dan syukur umat
terhadap karya dan kasih Allah kepada umat-Nya. Kesangupan dan kesediaan
umat dalam kesadaran untuk mengikuti, terlibat dalam perayaan ekaristi
dituntut untuk semakin sadar. Allah yang menyatakan diri dengan melewati
Ekaristi merupakan bentuk kasih Allah yang begitu besar tehadap
kehidupan manusia.
IDENTIFIKASI
A. NPM-Nama : 08.2584-Silvester Nyawai
B. Tujuan Umum :
1. Supaya
umat dapat merasakan Allah yang hadir melalui Ekaristi yang mereka
alami dan menjadikan Ekaristi itu sebagai kebutuhan dan dasar hidup
mereka dalam melayani Allah dan sesama.
2. Supaya umat semakin terlibat dalam memberikan atau bertugas dalam tata prayaan Ekaristi di Stasi
C. Tema :
“EKARISTI SEBAGAI PUSAT HIDUP UMAT BERIMAN”
D. Topik :
1. Ekaristi Dasar Hidup Umat Beriman
2. Perayaan Ekaristi Merupakan Perayaan Umat
E. Sasaran : Umat dewasa
F. Tempat-Alamat :
G. Penanggung Jawab :
H. Keterangan :
PEMIKIRAN DASAR
1.1 Pertimbangan Psikologi
Tata
perayaan Ekaristi merupakan dasar dari kehidupan umat beriman kepada
Yesus Kristus. Pada kenyataan yang ada, masih banyak umat yang tidak
menyadari bahwa dalam tata perayaan ekaristi Allah sendiri yang hadir.
Kebnayakan umat menganggap bahwa ekaristi merupakan salah satu rutinitas
mereka sebagai umat yang beriman kepada Allah.
Alla
yang hadir melalui persekutuan jemaat, sabda yang dibacakan, dalam
peristiwa konsekrasi (roti dan anggur) yang berubah menjadi Tubuh dan
Darah Kristus yang dikurbankan dan dalam diri seorang pemimpin (Imam).
Faktor umat menganggap bahwa ekaristi merupakan sebuah kewajiban bagi
mereka, maka dari pada itu ekaristi mereka jalankan sebagai bentuk
kewajiban, akan tetapi jarang mereka menganggap bahwa ekaristi
merupanakan peristiwa Allah itu hadir kedalam hidup mereka.
1.2 Pertimbangan Teologis
Penginjil Yohanes 6:56 bersabda “barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”
, perkataan Yesus ini terpenuhi dalam perjamuaan malam terakhir dalam
sebuah peristiwa pemecahan roti dan anggur yang menjadi lambang tubuh
dan darah Yesus bersama dengan para murid-murid-Nya.
Perayaan
Ekaristi hingga saat ini selalu dilaksanakan setiap hari di
gereja-gereja. Begitu pula halnya bahwa Yesus sungguh hadir dalam
Ekaristi yang kita rayakan. Kristus hadir dalam diri imam yang memimpin
perayaan Ekaristi, dalam sabda-Nya, dalam keseluruh perayaan Ekaristi,
dan kehadiran yang paling nyata adalah dalam rupa roti dan anggur yang
sudah di konsekrasi.
1.3 Pertimbangan Metodologis
Pada kegiataan katekese yang bertemakan “Ekaristi sebagai pusat hidup umat beriman” metode yang digunakan adalah:
Ø Mengali
pengalaman dari umat tantang bagaimana pemahaman mereka dengan
keikutsertaan atau keterlibatan mereka dalam tata perayaan Ekaristi di
stasi atau di tempat lain pada waktu mereka mengikuti perayaan Ekaristi
bersama.
Ø Diskusi.
Memberikan kesempatan kepada peserta dalam berdiskusi dengan sesama
dalam kaitan dengan tema yang akan dibahas dalam pembinaan.
Ø Sharing
pengalaman. Metode ini memberikan kepada peseta bagaimana tata
perayaann itu bisa mempengaruhi hidup mereka sebagai jamaat beriman
kepada Allah sehingga membawa penyadaran kepada mereka ikut terlibat
dalam bertugas di dalam tata perayaan Eakristi.
1.4 Pertimbangan Katekis
Dengan
pola piker umat yang masih menganggap bahwa Ekaristi merupakan sebuah
rutinitas atau kewajiban yang harus mereka lakukan atau jalankan sebagai
umat beriman memiliki dampak yang amat memperihatinkan, maka dari pada
itu kegiatan katekese ini lebih menekankan kepada umat akan tindakan
bagaimana umat dapat menikmati tata perayaan Ekaristi sebagai
pengungkapan iman yang hidup bukan hanya sebagai sebuah kewajiban akan
tetapi sebagai pengungkapan iman yang benar-benar mengalami Yesus
Kristus yang hadir dalam hidup mereka.
PERTEMUAN I
1. Tema
Ekaristi Dasar Hidup Umat Beriman
2. Pemikiran Dasar
Sebagai umat beriman kepada Yesus Kristus, Ekaristi menjadi dasar dan puncak perayaan iman. Kehadiran
dan partisipasi aktif umat beriman dalam Perayaan Ekaristi amat
penting, untuk mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada hakekatnya
Perayaan Ekaristi adalah perayaan umat, walaupun kadang-kadang umat
tidak dapat hadir. Oleh karena itu sungguh penting untuk mengatur
Perayaan Ekaristi atau Perjamuan Tuhan tersebut sedemikian rupa,
sehingga para pelayan Perayaan Ekaristi dan umat beriman lainnya dapat
berpartisipasi aktif dalam perayaan itu menurut tugas dan peran
masing-masing, serta dapat pula memetik buah-hasil Ekaristi
sepenuh-penuhnya bagi kehidupan mereka. Itulah yang dikehendaki Kristus
ketika menetapkan Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan maksud itu pula
Ia mempercayakan misteri ini kepada Gereja, mempelai-Nya yang terkasih,
sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, hendaknya Ekaristi dirayakan sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan umat setempat. Seluruh Perayaan Ekaristi hendaknya
diatur sedemikian rupa sehingga umat yang hadir dapat berpartisipasi
secara sadar, aktif, dan penuh, yakni dengan seluruh jiwa dan raganya,
serta dikobarkan dengan semangat iman, harap dan kasih. Itulah yang
diharapkan Gereja dan dituntut oleh hakekat Perayaan Ekaristi itu
sendiri. Umat Kristiani, mempunyai hak dan kewajiban untuk beribadat
secara demikian, berkat pembaptisan mereka. Agar perayaan seperti itu
sungguh- sungguh semakin selaras dengan semangat dan ketentuan-ketentuan
Liturgi Kudus, dan supaya dampak pastoralnya semakin meningkat, maka
Pedoman Umum Misale Romanum dan Tata Perayaan Ekaristi perlu dipahami
oleh para petugas liturgi dan seluruh umat, sehingga Perayaan Ekaristi
sungguh menjadi perayaan umat dan bermakna bagi umat. Kesadaran
Umat akan pentingnya Ekaristi perlu diperjuangkan terus-menerus, dalam
kenyataannya masih jauh dari harapan. Penyimpangan umat waktu perayaan
Ekaristi masih sering terjadi.
Sebagai kebutuhan umat dalam merayakan imannya, Ekaristi merupakan pengungkapan rasa syukur dan kasih umat kepada Allah.
3. Pembukaan
a. Doa Pembukaan
ü Pemandu
memgajak peserta untuk mengambil sikap doa, sebagai kesiapan untuk
mengikuti proses katekese ini, dan doa dibawakan oleh pemandu.
Ya
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, terima kasih atas segala berkat dan
anugerahMu yang telah Engkau selalu berikan kepada kami. Kami beterima
kasih atas hidup ini yang selalu Engkau tuntun dan Engkau berkati. Bapa
yang kekal dan kuasa, berkatilah kami yang berkumpul pada malam hari
ini, semoga apa yang kami bicarakan dan kami dalami bersama menjadi
bekal dan kekuatan serta semangat bagi kami dalam menghadirkanMu dalam
setiap peristiwa hidup kami. Semoga apa yang kami dalami pada malam hari
ini menjadi dasar bagi kami untuk selalu sedia dengan rendah hati untuk
melayaniMu. Engkau hendak kami puji kini dan sepanjang segala masa.
Amin
b. Lagu Pembuka
ü Pemandu
membawa peserta untuk mengawali pertemuan dengan menyanyikan sebuah
lagu yang diambil dari puji syukur no 330 (Dengan Gembira)
c. Pengantar
Dalam
kenyataan hidup ini, oleh Tuhan kita diberi waktu 6 hari untuk bekerja,
dan pada satu hari yaitu pada hari minggu kita sebagai orang yang
beriman kepada Allah hendalah harus melakukan kewajiban kita untuk
mensyukuri atas karya Allah yang begitu besar dalam hidup kita.
Mengikuti perayaan Ekaristi hari minggu bukan hanya sebatas kesadaran
kita saja, jika kita merasakan Allah yang selalu menyapa kita sudah
tentu pada hari itulah kita patut bersuka cita atas apa yang telah IA
berikan kepada kita. Bersyukur, mohon belaskasihan dan berkat dariNya
merupakan keharusan bagi kita untuk menumbuhkan sikap semakin mencintai
dan mengasihi Allah yang selama ini sudah mengasihi kita.
Namun
pada kenyataannya, sangat jarang bagi kita untuk mengerti hal yang
demikian, pergi kegereja dan mengikuti Ekaristi masih dipandang sebagai
hanya sebagai suatu kewajiban, akan tetapi lebih dari pada itu. Banyak
hal yang dapat kita lakukan dalam Ekaristi. Dalam Ekaristi itulah Allah
yang menyatakan diri kepada kita dalam berbagai hal. Melihat kenyataan
yang semacam ini, apa adakah sesuatu yang mendorong kita untuk ikut
terlibat dalam Ekaristi? Jika ada, dari manakah kekuatan itu? Seperti
apakah bentuknya?
4. Lengkah-Langkah
A. Langkah 1
· Pemandu mengajak peserta untuk menggali pengalaman atau situasi konkrit yang terjadi dalam hidup beriman umat.
· Pemandu
membagikan sebuah artikel tentang keluarga atau pribadi yang hidup
dalam keimanannya dan hidup dalam situasi jauh dari kehidupan
menggereja.
· Pemandu meminta peserta untuk sekilas membaca, serta memahami isi dari cerita tersebut.
SI ANAK DAN IBU YANG BIJAK SANA
Di
sebuah desa hiduplah seorang ibu yang kesehariaany bekerja sebagai
tukang penjual keranjang. Dalam hidupnya, ibu tersebut dikaruniai
seorang anak yang semasa itu telah berusia 12 tahun. Hari demi hari
kehidupannya sebagai pembuat keranjang itu si ibu tekuni, dan dengan
itulah ibu tersebut mampu membiayai kehidupan dia dan anaknya. Dengan
ketekunannya, ibu tersebut mempu bukan hanya memenuhi kebutuhan
sehari-hari dia dan anaknya, akan tetapi si ibu tersebut mampu
menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang SMP.
Dengan rumah yang amat sederhana yang bertembokan dari kulit
kayu, dan dalam hidup mereka tidak pernah merasa kurang apapun. Pada
tataran hidup bermasyarakat, ibu tersebut memiliki tetangga yang amat
kaya raya dan memiliki rumah serta sarana pra sarana lainnya yang begitu
mewah. Walaupun demikian kehidupan ibu dan anaknya tersebut, mereka
tidak minder akan status mereka sebagai orang yang boleh dikatakan
golongan miskin. Kebahagiaan, kedamaian dan sukacita yang disertai
dengan canda dan tawa sering terdengar dari rumah yang bertembokan kulit
kayu tersebut.
Suasana
yang demikian tidak ditemukan dalam rumah mewah yang menjadi tetangga
ibu tersebut. Sang ibu tersebut sangat sayang kepada anaknya, perhatian
dan waktu yang sangat cukup ia berikan kepada anaknya dalam mendidiknya
sebagai orang yang baik dikemudian hari, terutama sebagai orang yang
beriman. Contoh dalam keteladanan sebagai orang yang beriman kepada
Allah, ia berikan kepada anaknya, dan ini terlihat bagaimana sang ibu
tersebut menjalankan panggilannya sebagai orang beriman yang patuh dan
taat kepada kehendak Allah. Walaupun hasil dalam menjual keranjang itu
tidak tetap hasil yang ia peroleh, sang ibu tersebut selalu bersyukur
atas apa yang ia dapatkan, ia yakini bahwa ini adalah kasih yang
diberikan oleh Allah kepada nya. Setiap malam ia menggingatkan kepada
anaknya untuk berdoa, baik sebelaum dan sesudah makan, tidur, dan dalam
segala hal, karena menurutnya segala sesuatu yang dimulai dari restu
Allah maka semuanya akan berjalan lancar sesuai dengan kehendak Allah.
Lain
halnya dengan kehidupan pada tetangganya, mereka disibukan dengan
urusan usaha mereka, terkadang dalam beberapa waktu mereka tidak bisa
berkumpul dalam keluarga apa lagi untuk bertemu dan membicarakan masalah
keluarga. Keluarga yang kaya ini amat jauh kehidupan mereka dari Tuhan,
jarang pergi kegereja dan mereka bekerja tidak pernah mengenal waktu
antara siang dan malam semuannya sama. Dalam situasi yang semacam ini,
rumah si kaya tersebut terlihat amat suram. Tibalah sebuah musibah yang
amat besar dari keluarga kaya tersebut, usaha mereka menjadi bangkrut
karena termakan krisis globalisasi dan secara satu persatu isi di dalam
rumah mereka digerogoti oleh pemegang saham mereka. Kurang menerima akan
situasi yang semacam ini, maka semakin kacaulah keluarga kaya tersebut
dan pada akhirnya mereka keluarga yang terpecah belah.
Walaupun
krisis globalisasi yang amat dasar melanda negeri mereka, ibu dan anak
tersebut tidak takut karena kehidupan mereka sudah sangat sering
termakan globalisasi yang terjadi disetiap waktu mereka. Semangat dan
ketekunan mereka dalam bekerja itu tidak pudar. Sampailah pada suatu
ketika, sang anak itu bertanya kepada ibunya.
A: anak
B: Ibu
S: Si orang Kaya
A:
|
Bu,
tanya anak, mengapa ibu sering sekali pergi ke gereja? Pada hal kita
bisa berjualan pada hari minggu, karena hari minggu itu banyak orang
yang ada di pasar dan mungkin mereka mau membeli keranjang kita?
|
B:
|
Nak, pergi kegereja itu adalah kewajiban kita sebagai umat Allah yang telah dikasihani oleh Allah.
|
B:
|
Tanya ibu, mengapa kamu berkata demikian, nak?
|
A:
|
Bu,
sebenarnya apa yang ibu dapatkan digereja, ketika saya melihat ibu
pulang, ibu tidak membawa apa-apa? Ketika saya melihat ibu berdoa, yang
hanya ada ibu menangis terus, saya merasa ibu sangat tertekan sekali
pada waktu berdoa?
|
B:
|
Ibu
menangis bukan karena ibu tertekan atau menyesal akan situasi kita,
tetapi ibu merasa bahwa ibu telah berdosa, dan mohon ampun kepada Allah
supaya ibu dan kamu selalu diberkati oleh Allah.
|
A:
|
Bu, dengan ibu pulang tidak membawa apa-apa dari gereja ibu masih mau pergi kegereja?
|
B:
|
(sang ibu berpikir sejenak)
|
B:
|
Kata
ibu, nak ibu tidak akan memberikan penjelasan apapun tetang apa yang
ibu dapatkan sepulang dari gereja, ibu mau tanya ni ama kamu, kamu mau
atau tidak ikut ibu kegereja pada hari minggu ini?
|
A:
|
Tidak mau bu, karena bendingan saya bekerja dirumah saja ketimbang ikut ibu pergi kegereja, ka nada gunanya?
|
B:
|
Bailah
nak, oh ya ibu boleh minta tolong enggak, kamu mengambil air untuk
kita minum dan mengisi tong tersebut, nanti yang kamu gunakan jangan
ember, karena emaber kita telah penuh semua. Nah, kamu mengambil air
dengan mengunakan keranjang yang ada di dapur kita, Ibu mau berangkat
sembanyang dulu, ya?
|
A:
|
(karena ia amat patuh terhadap ibunya maka ia melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya)
|
Dengan
penuh semangat, dan dengan maksud ingin membuat ibunya bahagia maka ia
melakukan dengan iklas apa yang diperintahkan oleh ibunya tanpa ia
berpikir panjang, sang anak tersebut mengambil keranjang tersebut yang
ada di dapur dan langsung mengambil air dengan mengunakan keranjang
tersebut. Sementara itu, keranjang tersebut sudah sangat kotor rupanya.
Berkali-kali sang anak tersebut mengambil air dengan mengunakan
keranjang tersebut namun tetap saja tong tersebut tidak penuh sampai
pada waktu ibunya pulang dari gereja.
Setiba
ibunya pulang dari gereja, dan masak untuk makan siang mereka,
sementara anak tersebut masih juga mengambil air. Tibalah sebuah
pemikiran yang muncul dari benak si anak tetersebut, lalu ia berkata
“bagaimana tong itu akan penuh, wong saya mengambil air dengan
mengunakan jaring yang bolong, wah ibu ini mau mengerjain saya ya”.
Bergegaslah anak itu pulang sungai dan menanyakan kepada ibunya,
katanya?
A:
|
Bu,
mengapa ibu meminta saya untuk mengambil air ini dengan mengunakan
jaring ini? Terus kapada tong yang besar itu akan penuh kalau begini?
Wah ibu mau menghukum saya yang karena saya enggak mau di ajak
kegereja?
|
B:
|
Nak, ibu tau, mana mungkin kamu bisa mengisi tong itu dengan mengambil air dengan menginakan jarring itu.
|
A:
|
Terus maksid ibu apa? Saya kesal terhadap ibu, ibu udah engak sayang sama saya kah?
|
B:
|
Bukan begitu anakku, kamu dalam hal ini telah mendapat pelajaran yang amat besar? Tanya anak?
|
A:
|
Pelajaran apa? Wong hanya ada adalah capek? (dengan nada akan marah)
|
B
|
Anakku, sekarang kamu lihat apa yang terjadi pada keranjang kita setelah kamu mengunakannya untuk mengambil air?
|
A:
|
Bu, tadiknya keranjang ini amat kotor, kok sekarang ia menjadi bersih?
|
B:
|
Nah, itulah nak yang ibu maksudkan, ibu tidak menghukum kamu, karena dirimulah yang akan menghukum kamu sendiri.
Kata
ibu, nak kita pergi kegereja memang secara kasat mata, hal yang
nampak memang tidak membawa apa-apa, terlebih-lebih uang, akan tetapi
kesuciaan hati, kejernihan hati dan ketulusan hatilah yang kita
dapatkan, dan hal tersebut tidak akan menyesatkan kita. Hubungan kita
dengan Tuhan tidak dapat dinilai atau diuangkan dengan apapun, karena
Tuhan bekerja dalam hati kita. Nah mengikuti perayaan Ekaristi pada
hari minggu adalah sebagai salah satu pengungkapan iman kita, kita
bersyukur atas apa yang ia berikan, mohon berkatnya supaya kita
dimampukan terutama untuk selalu memuji dan bersyukur atas apa yang
kita terima.
|
Dalam
perayaan Ekaristi, Allah yang kita imani itu hadir dengan berbagai
bentuk melalui pemimpin kita (imam), sabdanya yang menjadi pedoman hidup
kita, sakramen yang menjadi tubuh dan darahnya dan dari persekutuan
kita yang pada waktu itu memohon kepada Allah. Nak, itulah jawaban atas
segala yang kamu lakukan. Menjadi orang beriman bukan hanya dengan
kata-kata saja, akan tetapi dalam segala tindakan. Kita telah diberi
waktu yang cukup untuk bekerja, nah pada hari minggu kita wajib
mensyukurinya dan memohon berkat dari Tuhan supaya kita tetap bertahan
hidup. Coba kamu lihat apa yang terjadi pada tetangga kita yang kaya
itu, mereka bukan tidak mengenal Tuhan akan tetapi mereka
melupakan Tuhan. Tuhan yang memberikan keyamanan kepada mereka, setelah
mereka mendapatkannya mereka lupa untuk mensyukurinya, hal yang
demikianlah yang tidak boleh.
Ikut
dan datang kegereja belum cukup, akan tetapi hendaklah kita harus
berperan akibat dalam segala kegiatan Gereja, dengan demikian kita bukan
hanya melayani sesama kita, akan tetapi kita ikut ambil bagian dalam
melayani Tuhan yang hadir dalam hidup kita. Nak, sadarlah karena dengan
kamu sadar maka kamu akan dicintai oleh Tuhan sepanjang usiamu, ibu
mampu membesarkan kamu itu semua karena kekuatan dan belas kasih yang
ibu dapatkan dari Tuhan. Maka dengan demikian, rajinlah kamu berdoa,
pergi kegereja pada hari minggu dan ikut ambil bagian dalam tugas
gereja, maka kamu akan dicintai oleh Tuhan. Jawab si anak, maaf bu atas
kebodohan saya, saya berjanji akan pergi kegereja dan berdoa serta
bersyukur atas apa yang saya dapatkan dan mohon berkatnya atas segala
usaha saya. Dengan peristiwa itu, bertambahlah sukacita dan damai
kedalam kehidupan sang ibu dan anak tersebut. (http://damaisertamu.blogspot.com).
ü Pemandu mengajak peserta untuk mendalami isi dari cerita tersebut dengan dipandu beberapa pertanyaan.
1. Bagaimana situasi kehidupan keluarga Si ibu dan anaknya yang pas-pasan dan tetangganya yang kaya raya itu?
2. Apakah si ibu dalam cerita tadi bisa disebut sebagai orang bijak? Apa alasannya?
3. Apakah kehidupan ibu dalam cerita tadi dapat diketakan sebagai orang beriman?
4. Kekuatan apakah yang dimiliki oleh ibu tersebut dalam menyatakan imannya sebagai umat Allah?
5. Seperti apakah Allah itu hadir dalam kehidupan kita pada waktu mengikuti Ekaristi?
B. Langkah 2
· Pemandu menggali pengalam umat tentang kehidupan mereka sebagai umat yang beriman dengan beberapa pertanyaan?
1. Apakah
dalam hidup kita telah menyerupai si Ibu dalam cerita di atas dalam
mengwujudkan iman kita? Apa alasan kita melakukannya?
2. Sejauh mana Ekaristi itu dapat mengubah pola hidup saya untuk menjadi orang yang dewasa dalam iman?
3. Hal apa saja yang dapa kita wartakan setelah kita mengikuti perayaan Ekaristi atau ibadat sabda selama ini?
C. Langkah 3 Pleno
· Peserta diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah disiapkan.
· Pemandu, jika perlu mencatat hasil jawaban peserta dalam menjawab pertanyaan tersebut.
· Setelah pertanyaan habis dijawab, pemandu sedikit kesimpulan mengenai cerita tersebut.
Bapak
dan ibu yang terkasih, bagaimana dengan kita yang ada di stasi ini,
apakah kita telah berbuat sesuatu atau menyerupai si ibu dalam cerita di
atas dalam membina kehidupan sebagai orang bariman? Sejauh manakah hal
itu kita lakukan? Dan apa alasan hal itu kita lakukan?
D. Langkah 4 Peneguhan
· Pemandu
membacakan dasar biblisnya mengenai tema “Ekaristi sebagai dasar hidup
umat beriman” yang di ambil dari DKV II SC art 7 “Kehadiran Kristus
Dalam Liturgi Gereja”.
KEHADIRAN KRISTUS DALAM LITURGI (SC 7)
Untuk melaksanakan karya sebesar itu, Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi pelayan, “karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengorbankan Diri di kayu salib( 20), maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang yang membabtis, Kristus sendirilah yang membabtis(21). Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur karena Ia sendiri berjanji : bi la dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitulah Aku berada diantara mereka (Mat 18:28). Memang sungguh, dalam karya seagung itu, saat Allah dimuliakan secara sempurna dan manusia dikuduskan, Kristus selalu menggabungkan Gereja, mempelai-Nya yang amat terkasih, dengan diri-Nya Gereja yang berseru kepada Tuhannya dan melalui Dia berbakti kepada Bapa yang kekal. Maka memang sewajarnya juga Liturgi dipandang bagaikan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; disitu pengudusan manusia dilambangkan dengan tandatanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing; disitu pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya. Oleh karena itu setiap perayaan liturgis sebagai karya Kristus sang Imam serat Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama.
Akan tetapi Liturgi itu puncak yang dituju kegiatan Gereja, dan serta merta sumber segala daya-kekuatannya. Sebab usah-usaha kerasulan mempunyai tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan babtis menjadi putear-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah ditengah Gereja, ikut serta dalam Korban dan menyantap perjamuan Tuhan. Dilain pihak Liturgi sendiri mendorong Umat beriman, supaya sesudah dipuaskan “dengan Sakramen-sakramen Paska menjadi sehati-sejiwa dalam kasih”(26). Liturgi berdoa supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman” (27). Adapun pembaharuan perjanjian Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan Umat beriman dalam cinta kasih Kristus yang membara. Jadi dari Liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan permuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya.
KESIMPULAN
a. Mengikuti
perayaan Ekaristi pada hari minggu bukan hanya sebuah kewajiban kita,
anak tetapi panggilan kita sebagai orang beriman kepada Allah. Dalam
ekaristi itulah kita diperbaharui segala janji-janji pada waktu
pembaptisan kita yang sejak awal kita terima.
b. Allah
berkenan menyatakan diriNya kepada kita dalam Ekaristi dengan melalui
Para pemimpin kita yaitu Romo atau pastor, dalam bacaan-bacaan yang kita
dengar pada waktu mengikuti tata perayaan ekaristi, dalam peristiwa
konsekrasi berubahnya roti menjadi tubuh Kristus dan anggur menjadi
darah Kristu, dan dalam persekutuan kita yang secara bersama-sama
memohon kepadaNya, bersyukur kepadanya serta berkatNya kepada kita.
c. Dikatakan
sebagai dasar hidup kita, karena Allah berkenan hadir ditenggah-tenggah
kita yang berdosa ini. Itulah sebabnya, kita diundang oleh Allah dalam
ekaristi supaya kita semakin membangun komunikasi, relasih kasih dengan
Allah, dengan demikian kita akan menjadi putra dan putrinya yang semakin
dipenuhi oleh karunia kasih dari Allah.
d. Allah
sangat mencintai kita, hal tersebut tinggal dari pihak kita bagaimana
kita menangapi kasih Allah itu. Keterbukaan hati dan ketulusan hati yang
harus kita miliki, dengan demikian Allah itu selalu merajai hati kita,
da dengan demikian kita akan menjadi orang yang dewasa didalam iman
kepadaNya.
e. Dan
pada akhirnya, kita boleh diutus oleh Allah dalam melayani dan
menyebarkan sabdaNya kepada sesama kita dalam kehidupan kita
sehari-hari.
f. Bapak dan ibu yang terkasih, hal tersebut akan tetrjadi jika kita membiarkan Allah itu merajai hidup kita.
5. Penutup
ü Pertemuan ditutup dengan doa spontan.
ü Pemandu meminta salah satu peserta dalam mendoakan doa penutup dan diakhiri secara bersama-sama dengan doa Bapa Kami.
PERTEMUAN II
B. Tema
Ekaristi Sebagai puncak perutusan Gereja
C. Pemikiran Dasar
Pada
kenyataannya, bahwa Ekaristi merupakan dasar dan puncak hidup
menggereja. Pertumbuhan Spiritualitas Kristiani yang bergerak ke arah
‘persatuan yang semakin erat dengan Kristus, akan mencapai puncaknya
pada Ekaristi yang adalah Kristus sendiri. Kristus hadir di dalam
Ekaristi, sesuai dengan janjiNya pada saat meninggalkan warisan Ekaristi
dalam peristiwa Perjamuan yang terakhir sebelum sengsaraNya. Ekaristi
diberikan sebagai kurban Tubuh dan Darah-Nya, agar dengan mengambil
bagian di dalamnya, kita dapat bersatu dengan-Nya dan menjadi satu
Tubuh. Jadi, Ekaristi merupakan Perjanjian Baru dan Kekal yang menjadi
dasar pembentukan Umat pilihan yang baru, yaitu Gereja. Di dalam
Ekaristi kita melihat cerminan liturgi surgawi dan kehidupan kekal di
mana Allah meraja di dalam semua. Dengan menerima Ekaristi, kita
dipersatukan dengan Kristus dan melalui Dia, kepada Allah Tritunggal,
sebab Ekaristi adalah kenangan kurban Yesus dalam ucapan syukur kepada
Allah Bapa, oleh kuasa Roh Kudus. Jadi dengan menerima Ekaristi, Tuhan
tidak saja hanya hadir, tetapi ‘tinggal’ di dalam kita sehingga kita
mengambil bagian di dalam kehidupan Ilahi, kehidupan yang memberikan
kita kekuatan untuk mencapai kesempurnaan kasih yang diajarkan oleh
spiritualitas Kristiani, yaitu ‘mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama’.
Dalam
perjamuan yang Kudus itu, Allah mempersembahkan diri dalam rupa Roti
dan anggur yang dalam peristiwa konsekrasi berubah menjadi Tubuh dan
Darah Kristus. Dengan melalui keikutsertaan umat beriman di dalam
Ekaristi, dipersatukan dengan Allah dan ikut serta dalam tugas dan
pelayanannya.
Semua
orang Kristen yang percaya kepada Kristus, dengan melalui sakramen
Ekaristi di utus oleh Allah untuk menyampaikan berita yang mengembirakan
ini kepada semua orang Mat 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman”. Dalam ralitanya, Allah dengan diwakili oleh
Gereja mengutus kita untuk mewartakan bahwa juruselamat yang penuh
dengan belaskasih telah datang untuk mengampuni dosa kita dan membawa
kita kepada Bapa-Nya.
Kasih-Nya
yang telah begitu besar kepada kita telah terbukti bahwa Allah
benar-benar mengasihi kita. Dalam hal ini, semua orang diutus oleh Allah
untuk memberitakan bahwa penyelamatan sudah datang dan bersama kita.
Walaupun
demikian, masih juga banyak diantara kita yang tidak mengindahkan
perkataan dan perintah Allah itu sendiri kepada kita. Kita lebih suka
hidup sebagai orang yang beriman kepada adalah dalam keteunan hidup doa,
akan tetapi untuk mengikuti Allah bearti harus mampu dan mau
memberitakan Allah.
D. Pembukaan
1) Doa Pembukaan
ü Pemandu memulai katekese dengan doa pembukaan yang akan dipimpin oleh pemandu sendiri.
Ya
Bapa Yang Mahakuasa, kami bersyukur kepada-Mu atas segala kemurahan dan
rahmat-Mu, yang selalu mengaliri hidup kami. Kami bersyukur karena
Engkau berkenan memanggil kami untuk mengikuti pertemuan ini. Ya Bapa
yang penuh cinta, terangilah kami semua dengan Roh Cinta-Mu, agar kami
semakin memahami, menyadari dan menghayati bahwa Ekaristi adalah sumber
dan puncak seluruh hidup kami. Ya Bapa Yang Mahakudus, doa ini kami
panjatkan kehadirat-Mu hanya demi keluhuran nama-Mu, dengan perantara
Yesus Kristus, Tuhan dan Juru selamat kami, yang bersama Dikau dan Roh
Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa.
2) Lagu Pembuka
ü Pemandu membawa peserta untuk menyanyikan sebuah lagu yang di ambil dari puji Syukur no 682 (Panggilan Tuhan)
3) Pengantar
Karena
kesibukan kita terhadap rutinitas kita, terkadang hal-hal yang
seharusnya kita lakukan sebagai umat yang beriman kepada Yesus Kristus
sering terlupakan. Kita lebih memandang bahwa dengan menjadi orang yang
rajin berdoa itu sudah cukup, Allah menghendakan yang lain dari maksud
kita. Dalam tata perayaan Ekaristi kita diutus oleh Allah untuk selalu
mau dan mampu untuk memberitakan Allah dimanapun kita berada. Pertanyaan
besar bagi kita, sudahkah hal tersebut kita laksanakan? Sejauh manakah
kita melaksanakan tugas tersebut? Bapak dan ibu yang terkasih, katekese
kita pada hari ini akan membicarakan tetang bagaiman pengalaman yang
kita dapatkan dari Ekaristi itu mnjadi dasar dan pedoman bagikita untuk
selalu terlibat dalam tugas dan pewartaan.
E. Langkah-Langkah
1) Langkah 1
® Pemandu mengajak peserta untuk mengali pengalaman atau situasi konkrit yang terjadi dalam hidup beriman umat.
® Peserta diberikan sebuah artikel yang berbicara tentang betapa pentingnya katerlibatan umat dalam perayaan Eakristi.
“PERAYAAN EKARISTI ADALAH PERAYAAN UMAT”
Kehadiran
dan partisipasi aktif umat beriman dalam Perayaan Ekaristi amat
penting, untuk mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada hakekatnya
Perayaan Ekaristi adalah perayaan umat, walaupun kadang-kadang umat
tidak dapat hadir. Oleh karena itu sungguh penting untuk mengatur
Perayaan Ekaristi atau Perjamuan Tuhan tersebut sedemikian rupa,
sehingga para pelayan Perayaan Ekaristi dan umat beriman lainnya dapat
berpartisipasi aktif dalam perayaan itu menurut tugas dan peran
masing-masing, serta dapat pula memetik buah-hasil Ekaristi
sepenuh-penuhnya bagi kehidupan mereka. Itulah yang dikehendaki Kristus
ketika menetapkan Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan maksud itu pula
Ia mempercayakan misteri ini kepada Gereja, mempelai-Nya yang terkasih,
sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, hendaknya Ekaristi dirayakan sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan umat setempat. Seluruh Perayaan Ekaristi hendaknya
diatur sedemikian rupa sehingga umat yang hadir dapat berpartisipasi
secara sadar, aktif, dan penuh, yakni dengan seluruh jiwa dan raganya,
serta dikobarkan dengan semangat iman, harap dan kasih. Itulah yang
diharapkan Gereja dan dituntut oleh hakekat Perayaan Ekaristi itu
sendiri. Umat Kristiani, mempunyai hak dan kewajiban untuk beribadat
secara demikian, berkat pembaptisan mereka. Agar perayaan seperti itu
sungguh- sungguh semakin selaras dengan semangat dan ketentuan-ketentuan
Liturgi Kudus, dan supaya dampak pastoralnya semakin meningkat, maka
Pedoman Umum Misale Romanum dan Tata Perayaan Ekaristi perlu dipahami
oleh para petugas liturgi dan seluruh umat, sehingga Perayaan Ekaristi
sungguh menjadi perayaan umat dan bermakna bagi umat.
Kesadaran
Umat akan pentingnya Ekaristi perlu diperjuangkan terus-menerus, dalam
kenyataannya masih jauh dari harapan. Penyimpangan umat waktu perayaan
Ekaristi masih sering terjadi.
(http://www.servatius-kampungsawah.org/index.php?)
2) Langkah 2
1. Mengapa di stasi kita ini harus ada Ekaristi atau Ibadat Sabda?
2. Apa yang harus kita lakukan dalam mengikuti perayaan Ekaristi atau ibadat sabda?
3. Sejauh manakah kita dapat memaknai bahwa Eakristi sebagai dasar dari hidup kita sebagai orang yang beriman kepada Allah?
3) Langkah 3 Pleno
® Hasil diskusi peserta diplenokan.
® Peserta diberi kesempatan untuk bertanya tentang hasil diskusi tersebut.
Bapak
dan ibu yang terkasih, setiap kita dipanggil oleh Allah untuk mengikuti
perayaan Ekaristi dan serta ikut ambil bagian dalam bertugas baik
sebagai lector, dirigen, pemimpin ibadat dan lain-lain merupakan hakekat
dari diri kita sebagai umat Allah yang mau melayani dan mencintai Allah
dan sesama kita, dan peran kita ikut serta menghadirkan Tuhan kedalam
hidup kita dan sesama kita.
4) Langkah 4 Peneguhan
® Pemandu memberikan dasar biblis yang diambil dari Injil Mateus 28: 9-20
® Pemandu meminta salah satu peserta untuk membacakannya.
® Setelah dibacakan, pemandu meminta peserta untuk meresapi injil yang baru saja dibacakan.
® Pemandu
mengulangi dengan membaca ulang injil tersebut supaya umat benar-benar
paham dan mengerti apa yang hendak Tuhan sampaikan dalam injilNya.
INJIL MATEUS 28:9-20
Tiba-tiba
Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka
mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka
kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada
saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah
mereka akan melihat Aku." Ketika
mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke
kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka
menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka.
Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman."
KESIMPULAN
ü Pemandu memberi kesimpulan terhadap keseluruhan dalam katekese tersebut.
Dalam
kehidupan kita, pada setiap waktu dan saat kita dipanggil oleh Allah.
Dengan melalui Gereja yang mengutus kita. Tugas untuk mewartakan Allah
merupakan hakekat dari diri kita yang telah menyatakan diri dalam
sakramen permandian dan membina memberi diri untuk dibina oleh Tuhan
dalam sakramen yang kita terima dengan mengikuti tata perayaan Ekaristi.
Perayaan
Ekaristi merupakan perayaan iman, puncak dari perayaan Gereja. Allah
menghendaki bahwa kita dalam segala hal, tidak boleh lepas dari diriNya,
karena dalam Dialah kita akan mendapat hidup yang kekal. Ekaristi suci
menandakan bahwa Allah benar-benar mencintai dan merawat kita supaya
kita menjadi manusia yang selalu mensyukuri atas apa yang kita dapatkan.
Pengutusan Allah terhadap diri kita, pada dasarnya setiap waktu, detik
ada dalam kehidupan kita, cuma kita saja yang kurang terbuka atau
membuka hati terhadap panggilan Allah.
Para
orang Kudus boleh bersukacita terhadap tugas yang diembankan kepadanya
dari Allah karena mereka membiarkan dirinya terhadap didikan firman
Allah. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman."
Kata-kata Yesus inilah yang harusnya dipegan atau menjadi dasar dalam
kita menjalankan tugas kita sebagai orang beriman kepada Yesus Kristus.
Gereja dengan tidak henti-hentinya menyerukan perkataan Yesus ini,
supaya kita sebagai umat beriman menjadi alat atau sarana bagi Allah
untuk mendatangkan keselamatan di zaman kita ini.
Bapak
dan ibu yang terkasih, masihkah kita memiliki hati yang tulus dan
terbuka terhadap firman dan panggilan Allah? Jika masih ada, mari kita
wujudkan perkataan Allah ini dalam kehidupan kita dengan meneladani
sikap nabi para nabi, rasul dan para missioner atau para kudus di Surga
dalam mewartakan Allah tanpa takut, mengeluh dan selalu bersemangat
serta bertekun di dalam iman kepada-Nya. Semoga katekese atau pendalaman
iman kita pada malam hari ini memberikan kekuatan, motivasi atau
inspirasi bagi kita dalam melaksanakan tugas kita sebagai orang beriman
kepada Yesus Kristus. Amin
F. Penutup
ü Pertemuan ditutup dengan doa spontan.
ü Pemandu meminta salah satu peserta dalam mendoakan doa penutup dan diakhiri secara bersama-sama dengan doa Bapa Kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar