Kamis, 01 Desember 2011

Bagaikan Kapal di Tengah Laut Bebas

Hari ini, ada banyak persoalan yang menimpa kehidupan anak-anak Tuhan. Ada yang kecewa karena dimarahi oleh atasan, kecewa karena tidak sepaham dengan pasangan, marah karena sesuatu hal. Semua itu terjadi karena kita masih belum bisa menguasai diri kita sendiri, karena kita masih dikendalikan oleh egoism yang sangat berlebihan.
Sebenarnya, hidup kita dimuka bumi ini ibarat sebuah kapal di tengah lautan bebas. Kadang melaju dengan cepat, lambat dan perlahan sesuai dengan kendali dari nakhoda. Ketika ombak besar datang (masalah besar) menimpa kapal,maka nakhoda akan berusaha untuk agar jangan sampai tenggelam dan membentur karang.

Kehidupan kita seperti diibaratkan sebuah kapal tadi, tidak akan bisa bertahan dengan baik jika kita tidak mengundang Tuhan Yesus sebagai nakhodanya. Kalau sudah Tuhan yang menjadi nakhoda dalam hidup kita, percayalah bahwa hidup kita akan dikendalikannya seturut dengan firman-Nya. Kadang-kadang, kita merasa hebat dan tak perlu mengundang Tuhan hadir dalam setiap gerak langkah kita. Akan tetapi, ketika kapal terbentur karang, maka penumpang akan panik dan berlarian tak tentu arah. Sama halnya dengan kita, ketika masalah datang baru kita sadar kalau hanya mengandalkan kekuatan sendiri saja tidak akan bisa melampaui satu persolan.

Bagaimana mungkin kita bisa melangkah ke tangga ke empat dan ke lima kalau tangga pertama saja belum kita lalui? Manusia cenderung rakus dan ingin menang sendiri dalam banyak hal. Berbisnis, manusia sering serakah dan menggunakan cara-cara kotor. Politik, manusia sering memutarbalikkan fakta yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Kesalahan yang sudah jelas terlihat oleh mata, bisa ditutup-tutupi menjadi sebuah pembenaran.

Dunia tempat kita berpijak makin dijejali dengan persoalan-persoalan hidup yang makin kompleks. Ini sejalan dengan hasil eksplorasi manusia atas alam semesta yang dikenal sebagai pengetahuan. Namun, jauh sebelum manusia mencapai kemajuan dalam banyak hal seperti sekarang, Tuhan telah menetapkan patokan tentang bagaimana orang beriman menjejakkan kaki di kehidupan ini.

Melalui pemazmur Tuhan mengajar tentang jalan kehidupan yang seharusnya ditempuh orang percaya. Caranya adalah dengan mengambil keputusan untuk tidak berjalan di jalan orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa dan tidak duduk di kumpulan orang-orang pencemooh.

Seorang nakhoda kapal juga tidak bisa mengambil keputusan dengan sembrono atau ragu-ragu. Nakhoda harus yakin bahwa jalan yang harus dilalui kapal yang dikemudikannya adalah jalan yang benar. Tuhan Yesus meminta murid-murid-Nya melewati jalan sempit yang membawa kita pada kehidupan. Kebalikan dari jalan sempit adalah jalan lebar namun berujung pada kebinasaan. Untuk menapaki jalan sempit memang tidak senyaman melalui jalan yang lebar. Sama halnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak semua hari yang kita lalui mulus-mulus saja tanpa ada gejolak, pasti ada hari-hari yang melelahkan dan sangat menyengsarakan. Kita tinggal memilih mau lewat jalan yang sempit atau jalan yang lebar.

Dalam Mazmur 25 : 8-10 "Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat, Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalanNya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjianNya dan peringatan-peringatanNya."

Sebenarnya, kita semua sadar kalau dalam melakukan sesuatu yang melanggar hukum pasti ada penolakan dalam hati. Hanya saja, pembenaran terhadap kesalahan seringkali lebih kuat dan menguasai kita untukt tetap melanggar perintah Tuhan. Tuhan selalu mengingatkan kita ketika kita mulai membelokkan jalanNya.

Ingat saja apa kata firman Tuhan dalam Ulangan 28 : 9 "TUHAN akan menetapkan engkau sebagai umat-Nya yang kudus, seperti yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepadamu, jika engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya."

Seperti diceritakan di awal Renungan ini, bahwa hidup kita bagaikan kapal yang berada di tengah laut bebas. Apabila nakhodanya benar-benar mengendalikan kapal dengan cara Tuhan, maka kita akan selamat. Walau badai dan gelombang datang, kapal akan tetap berlayar dan bergerak melampaui badai dan ombak besar sekalipun. Ketika kita berhasil menguasai diri kita sendiri dan keluar dari badai besar, masalah besar, percayalah bahwa pertolongan Tuhan selalu ada beserta kita.

Firman Tuhan dari I Petrus 3 : 12 mengatakan, "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."

Minta selalu petunjuk Tuhan ketika akan melakukan sesuatu hal. Ada 24 jam satu hari kita lalui, sekitar 8 jam waktu kita bekerja di kantor. Sisanya, kita bisa bersama-sama dengan keluarga. Berkumpul dan bersekutu membaca firman Tuhan, sharing firman Tuhan dengan sesama seiman. Berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Dalam setiap langkah kehidupan kita di muka bumi ini, kita harus tetap meminta pertolongan Tuhan lewat doa dan pujian.

Injil Matius dari pasal 6 : 5 sampai 6 menuliskan "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar