Suatu ketika saya kehilangan sebuah Data yang sangat penting di komputer
saya. Saya tidak
tahu apa yang terjadi. Tetapi mungkin karena virus yang telah memakan
data saya itu.
Saya mencoba untuk terus mencari hingga tengah
malam. Namun tidak juga saya temukan. Saya putuskan untuk matikan
komputer dan beristirahat selama satu jam. Selama waktu itu saya tidur
terlentang di kantor. Setelah itu, saya bangun. Saya buka komputer dan
mencari lagi. Namun nihil. Data itu tidak saya
temukan.
Saya menjadi kecewa. Saya marah pada diri sendiri,
mengapa bisa terjadi seperti itu?.
Bahkan saya menyalahkan Tuhan, ”Tuhan kenapa Engkau tidak bantu saya?
Tuhan, kenapa Engkau biarkan sesuatu yang penting itu hilang
begitu saja?”
Saya kemudian sadar bahwa tidak ada gunanya saya
menyalahkan Tuhan atau orang lain. Yang salah adalah saya sendiri. Yang
mesti bertanggung jawab adalah saya sendiri. Tidak ada gunanya
menyalahkan orang lain. Lebih baik saya mengerjakannya ulang daripada
menyalahkan Tuhan atau orang lain. Malam itu juga saya mengerjakan
ulang, mendisain tabloid yang hilang itu. Hingga pagi hari saya berhasil
mengembalikan bahan-bahan yang hilang itu.
Sahabat, kita semua
pasti pernah kehilangan sesuatu yang sangat penting dan berharga dalam
hidup kita. Ada yang pernah kehilangan pacar. Ada yang kehilangan istri
atau suami. Ada yang kehilangan harta, karena kebakaran atau karena
dikorupsi oleh orang lain.
Pernahkah kita menyalahkan Tuhan atau
orang lain atas kehilangan hal-hal yang sangat penting dan berharga itu?
Atau kita menukik ke dalam diri kita sendiri merefleksikan kesalahan
yang telah kita buat?
Yang semestinya kita lakukan adalah kita
berusaha menemukan sebab-sebab kehilangan sesuatu yang sangat penting
dan berharga dalam hidup kita. Setelah kita menemukan sebab-sebabnya,
kita berusaha untuk mengatasinya. Dengan demikian, kita akan menemukan
sesuatu yang berguna bagi hidup kita. Kita tidak perlu cepat-cepat
menyalahkan pihak lain. Kita tidak perlu panik menghadapi situasi
kehilangan itu. Justru kita mesti menghadapinya dengan hati yang tenang.
Karena
itu, orang mesti berusaha menciptakan suasana tenang dalam hidupnya.
Orang yang memiliki ketenangan hati itu orang yang mampu melangkah pasti
untuk menyelesaikan berbagai situasi hidupnya. Orang seperti ini tidak
mudah panik. Ia tidak cepat-cepat menyalahkan orang lain, ketika
menghadapi suatu persoalan yang mengganggu hidupnya.
Sebagai
orang beriman, ketenangan hati merupakan suatu keutamaan yang mesti
dimiliki. Damai dan sejahtera dapat tercipta, ketika orang mampu
menghadapi setiap persoalannya dengan hati yang tenang. Tuhan
memberkati. **
Stanislaus, CMM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar